Yehezkiel 20:19
Akulah TUHAN, Allahmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia,
Tuhan ingin kita hidup menurut ketetapanNya, tetapi bukan untuk sesaat, bukan untuk sebulan, setahun saja, melainkan untuk selama-salamanya. Sampai detik-detik terakhir dalam hidup kita, kita tetap hidup menurut ketetapan-ketetapan Allah (Mazmur 119:112).
Tidak mudah menjadi seorang kristen yang hidup setia menurut ketetapan Tuhan terus menerus. Sering kali umat Tuhan hanya saat-saat tertentu saja ia menjadi taat akan FirmanNya, hari-hari tertentu saja ia hidup menurut ketetapan Tuhan, tetapi hari-hari hidupnya jauh dari memperhatikan perintah-perintah Tuhan. Sifat seperti itu tidak diperkenan oleh Tuhan. Ia mencari orang yang setia dalam melakukan peraturan-peraturanNya, bukan orang yang hanya pandai menyebut nama Tuhan saja. Kekristenan bukan soal dapat menyebut nama Yesus atau menghafal Alkitab, tentang doa dan kehidupan agamawi, kegereja, aksesoris kristen dan sebagainya, tetapi yang terpenting didalam kekristenan adalah melakukan perintah Tuhan.
“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Lukas 6:46)
Penekanan yang ditekankan oleh Tuhan adalah pada kata “melakukan apa yang Aku katakan” bukan kepada kebiasaan umat Tuhan dalam “berseru kepada Tuhan”. Didalam penekanan tersebut, Tuhan menghendaki kita melakukannya dengan setia, bukan seminggu sekali.
Kebiasaan orang kristen adalah berseru pada Tuhan. Saat menghadapi masalah, saat terhimpit dan dalam kesukaran, umat Tuhan akan beseru kepadaNya. Berdoa dan mencari Tuhan. Kebaktian doa puasa menjadi penuh, doa malam seperti kebaktian raya. Setiap hari berdoa dan berseru-seru siang dan malam. Hal ini baik dan memang seperti itulah seharusnya, sebab Tuhan mendengarkan umatNya yang berseru kepadaNya didalam kesesakan (Mazmur 50:15).
Tetapi sebenarnya apakah cukup kita hanya berseru kepadaNya saja, lantas peroalan kita selesai?
Berseru itu bukan hanya berdoa memohon kemurahan dan kasih karunia dari Tuhan, memohon belas kasihanNya, tetapi berseru pada Tuhan itu adalah merendahkan diri dihadapan Tuhan. Tuhan itu bukan pelayan, lantas kita memangil pelayan dan ia datang memenuhi permintaan kita. Tuhan itu adalah Raja, kita adalah hambaNya, yang datang memohon belas kasihan dariNya dengan takut dan gentar (Yesaya 57:11).
dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. (2 Tawarikh 7:14)
Didalam merendahkan diri, kita harus berbalik dari jalan yang salah. Pada saat itu maka Tuhan akan menaruh belas kasihan, bukan atas seruan kita, bukan karena kita meneriakan nama Tuhan dengan hati mendalam, melainkan karena kita berbalik dari yang jahat dan memilih mentaati hukum-hukumNya (Yehezkiel 33:14-20)
Reaksi berbalik dari jalan yang salah, merupakan kewajiban, seperti yang dikatakan dalam Matius 3:8, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” Harus ada buah dari berbalik dari jalan yang salah, sebab kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatan kita, bukan hanya karena kita memanggil-manggil nama Tuhan disaat kesukaran dalam doa-doa.
Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (Yakobus 2:24)
Tidak cukup kita hanya berseru dan berdoa kepadaNya, kita harus melakukan dengan setia perintah-perintahNya. Oleh karena itulah anda berada didalam kesukaran (Ibrani 12:10-11)
DISEMPURNAKAN DALAM SENGSARA
Didalam Pengkotbah 7:14 disebutkan bahwa hari yang malang juga ditetapkan Allah dalam hidup kita, bahkan Daud mengatakan hari-hari hidupnya penuh dengan kesukaran (Mazmur 40:13, 2 Korintus 4:11). Lebih dari orang fasik yang senang selalu, seakan hanya ada hari mujur (Mazmur 73:12-14). Didalam setiap kesesakan, disaat hari penindasan dan kesukaran, Daud selalu mencari Tuhan dan berseru kepadaNya.
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. (Mazmur 119:71).
Bahkan didalam kesusahannya, didalam himpitan, Daud menyadari, saat ia tertindas, saat ia mengalami kesukaran, saat dia menghadapi persoalan, disana ia belajar tentang ketetapan-ketetapan Tuhan, belajar mentaati FirmanNya.
Daud menganggap persoalan yang dihadapi itu baik, sebab membuat ia lebih mengerti jalan Tuhan, lebih memahami kehendakNya dan belajar hidup sesuai dengan perintah-perintah Tuhan.
Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. (Mazmur 119:67).
Daud merasa bahwa ia disucikan, disempurnakan dan dibentuk lewat kesukaran-kesukaran tersebut sehingga hidupnya dapat selalu berpegang pada hukum-hukum Allah, hidup dapat selalu setia mentaati Firman Tuhan, dibentuk sesuai dengan rencanaNya. Lewat kesukarannya ia mendapat didikan akan jalan yang salah yang telah dilaluinya, ia mendapat teguran dan disempurnakan didalam setiap persoalan.
Lewat kesukaran, Daud belajar menjadi setia dalam mentaati Firman Tuhan, dalam melakukan segala perintah-perintahNya. Kesetiaan dalam mengikuti ketetapan-ketetapan Tuhan itu terjadi dalam sebuah proses, bukan terjadi semalam dan mendadak. Tetapi lewat proses mematikan daging dan hawa nafsu ini, mematikan segala keinginan dan cita-cita kita.
“…karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui…” (Kolose 3:9-10)
SETIA SAMPAI AKHIR
Proses pembaharuan dimana kita meninggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus, maka proses tersebut tidak boleh berhenti sebelum mencapai kepenuhan Kristus. Jika berhenti ditengah jalan, maka kita akan jauh dari Tuhan dan walau tubuh kita ada digereja, walau di KTP masih tercantum agama Kristen, dan setiap minggu kegereja serta hafal ayat-ayat dan dapat menyanyikan lagi pujian rohani, tetapi jika kita tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan, jika kita tidak hidup memperhatikan perintah-perintah Tuhan, maka kita sama saja seperti orang berdosa.
Tuhan menuntut kita setia. Setia itu tidak cukup hanya sekali atau sewaktu-waktu saja, tetapi setia itu terus menerus. Diproses didalam setiap persoalan yang kita hadapi, kita dibentuk dan ditempa agar kita hidup sesuai dengan kehendakNya.
Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. (Mazmur 66:10)
Tidak cukup hanya menjadi seorang kristen biasa, kita harus menjadi luar biasa. Tidak cukup kita bersikap rohani saja, tetapi kita harus benar-benar berdiri atas hukum-hukum Allah, melakukan segala sesuatu dengan memperhatikan Firman Tuhan. Bahkan dalam segala hal, tuntunan kita hanya Firman Tuhan (Mazmur 119:105).
Memang kadang terasa aneh saat orang lain mempertimbangkan kemungkinan logis, saat orang lain mengikuti orang banyak, tetapi kita tetap berpegang pada hukum-hukumNya, melakukan segala perintah Tuhan dengan setia. Tetapi jangan kita takut, sebab pada saatNya kebenaran akan tampil seperti cahaya yang terang, seperti fajar dipagi hari yang semakin hari semakin terang benderang (Amsal 4:18).
Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. Aku telah berpaut pada peringatan-peringatan-Mu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu. (Mazmur 119:30-31)
Kita tidak akan binasa dan malu karena menaruh harap kita kepada Tuhan, karena kita mentaati Firman Tuhan karena kita takut akan Tuhan lebih dari pada takut kepada manusia. Jangan kita takut dengan banyak orang yang berjalan berlawanan dengan jalan kita (Keluaran 32:2). Sebab memang Jalan Lebar itu banyak orang yang melaluinya, tetapi Jalan Sempit, hanya sedikit orang yang mendapatkannya (Matius 7:13-14).
Lakukanlah perintah-perintah Tuhan dengan setia, karena itu yang dikehendaki Allah. Berilah dirimu dibentuk olehNya, disempurnakan dan diperbaharui dari hari ke hari sesuai dengan gambaran Kristus.
Ingat, bahwa Allah menghendaki kesetiaan kita dalam mentaati perintah-perintahNya. Karena lewat kesetiaan kita, dari hari ke hari kita akan dibentuk semakin serupa dengan Kristus.
No comments:
Post a Comment