HIDUP INI MERUPAKAN suatu rangkaian keputusan. Di dalam perjalanan hidup yang sudah kita lewati entah berapa juta keputusan yang telah kita buat, dari keputusan yang kecil sampai kepada yang besar. Setiap hari, sadar ataupun tidak, setiap orang membuat berbagai keputusan.
Bahkan jika seseorang tidak bersedia membuat keputusan sesungguhnya ia sudah membuat keputusan, dalam hal ini yaitu memutuskan untuk tidak membuat keputusan.
Bukan saja hidup ini merupakan suatu rangkaian keputusan, keadaan hidup kita di masa kini juga merupakan buah dari rangkaian keputusan yang kita buat di masa lampau.
Sebagai contoh, bila Anda saat ini sedang membaca tulisan ini, hal itu adalah karena beberapa saat tadi Anda memutuskan untuk membacanya. Bila Anda saat ini mengenakan pakaian yang sedang Anda sandang, hal itu adalah karena tadi saat membuka lemari pakaian Anda memutuskan untuk mengambil dan mengenakan pakaian itu. Berarti, bila saat ini Anda membaca tulisan ini dengan duduk di kursi yang sedang Anda duduki dan mengenakan pakaian yang sedang Anda pakai, keadaan tersebut merupakan buah dari rangkaian keputusan yang telah Anda buat di masa lampau.
Lebih jauh lagi, kita juga menyadari bahwa keputusan-keputusan yang tepat akan menjadikan hidup kita berbahagia. Sebaliknya keputusan-keputusan yang keliru akan mendatangkan penyesalan dalam diri kita. Tak sedikit di antara kita yang menyesal karena telah memutuskan untuk membeli barang yang semestinya tidak perlu kita beli, atau pergi ke tempat yang semestinya tidak usah kita kunjungi, atau mengucapkan kata-kata yang semestinya tidak boleh terlontar dari mulut kita. Dengan kata lain, betapa pentingnya bagi setiap kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak.
Tentang hal tersebut, di dalam Efesus 5:15-17 dinasihatkan sebagai berikut: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
Tidak Gegabah
Memperhatikan nasihat firman Tuhan tersebut di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ada tiga sikap yang harus mendasari pertimbangan yang kita buat agar menghasilkan keputusan yang arif atau bijak. Yang pertama adalah sikap seksama dalam menjalani hidup.
Karena hidup merupakan rangkaian keputusan, maka firman Tuhan ini dapat diartikan sebagai nasihat agar kita tidak bersikap sembrono atau gegabah dalam membuat keputusan.
Keputusan-keputusan yang dibuat dengan gegabah, tanpa pertimbangan yang matang, apalagi hanya karena didorong oleh emosi sesaat cenderung akan mendatangkan penyesalan yang mendalam.
Adalah baik di saat seseorang hendak membuat keputusan ia mengambil waktu terlebih dahulu untuk bertanya kepada dirinya sendiri: “Sudah bijakkah keputusanku ini?” Dengan demikian ia dapat terhindar dari sikap yang gegabah dalam membuat keputusan.
Menghasilkan Kehidupan yang Bermutu
Sikap yang kedua adalah keinginan untuk menghasilkan kehidupan yang bermutu. Dinasihatkan dalam firman Tuhan di atas agar kita menggunakan waktu yang ada, tentu dalam maksud yaitu menggunakan waktu secara efektif.
Hal ini sangatlah penting, sebab bukan panjang pendeknya usia seseorang tetapi bagaimana yang bersangkutan menggunakan waktu yang dimilikinyalah yang akan menentukan mutu kehidupan yang ia jalani. Usia boleh panjang, namun kalau yang bersangkutan menggunakan waktunya untuk hal-hal yang tak berguna, maka hidupnya tidak akan bermutu.
Sebaliknya bisa jadi usia seseorang relatif pendek saja, namun bila ia menggunakan waktunya dengan baik maka ia akan memiliki hidup yang bermutu.
Oleh karena itu di saat seseorang akan mengambil keputusan perlulah ia bertanya kepada dirinya sendiri: “Apakah keputusanku ini akan menghasilkan kehidupan yang bermutu?”
Saya telah membahas bahwa hidup yang bermutu adalah kehidupan yang diisi dengan relasi yang sehat, baik dengan Tuhan, diri sendiri dan dengan sesama.
Relasi dengan sesama ini dimulai dari relasi dalam keluarga, kemudian dengan sesama anggota jemaat dan akhirnya dengan lingkungan pergaulan yang lebih luas.
Berarti yang bersangkutan perlu menimbang, apakah keputusan yang ia ambil akan menghasilkan relasi yang sehat dengan Tuhan, dirinya sendiri serta keluarganya, sesama saudara seiman dan lingkungan pergaulannya?
Selaras dengan Kehendak Tuhan
Sikap yang ketiga adalah kesediaan untuk menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan. Itu sebabnya dinasihatkan dalam firman Tuhan di atas agar kita mengerti kehendak Tuhan.
Keputusan yang bijak bukan saja dibuat dengan pertimbangan yang matang atau tidak gegabah, dan dengan maksud untuk menghasilkan kehidupan yang bermutu, tetapi ia juga harus sesuai dengan kehendak Tuhan.
Oleh karena itu sebelum seseorang mengambil suatu keputusan ia perlu terlebih dahulu bertanya kepada dirinya sendiri: “Apakah keputusanku ini sesuai dengan kehendak Tuhan?” Sikap ini sangatlah penting, sebab kehendak Tuhan tidak akan pernah gagal.
Itu sebabnya keputusan-keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan di samping menyenangkan hati Tuhan juga akan mendatangkan keberhasilan.
No comments:
Post a Comment