Wednesday, February 24, 2010

SAYANGKAN KERLUARGA ANDA

Kebahagiaan dan kesedihan biasanya berawal dari keluarga. Kita boleh sukses dalam segala hal, tetapi kalau misalnya anak-anak berantakan hidupnya, kita akan merana. Benar seperti isi petikan lagu pengiring sinetron Keluarga Cemara: "Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga."

Ironisnya, orang lebih kerap menomorduakan keluarga. Lebih mengutamakan karier atau hobi. Daud adalah salah satu contohnya. Daud mampu mengurus banyak hal dengan sukses. Ia berhasil menyatukan dua belas suku Israel menjadi satu bangsa. Ia adalah arsitek militer yang hebat. Ia berhasil mendirikan ibukota, membawa pulang tabut Allah ke Yerusalem, dan membuka jalan bagi pembangunan Bait Allah. Ia menulis banyak mazmur yang indah. Namun, menyangkut urusan keluarga, Daud gagal total. Bacaan kita hari ini adalah salah satu contoh tragedi yang terjadi dalam keluarga Daud. Absalom, anaknya, pun kemudian juga memberontak kepadanya (2Samuel 15:1-12).

Tampaknya Daud memang kurang memerhatikan keluarga. Ia banyak sekali menulis mazmur, tetapi tidak ada mazmur yang ia tulis mengenai atau untuk anak-anaknya. Ia berdoa memohonkan pengampunan bagi pasukannya, mendoakan Yonatan, sahabatnya, juga Saul, musuh bebuyutannya, tetapi tidak untuk keluarganya. Ya, kita tidak pernah membaca mazmur dan doa yang ditulis oleh Daud untuk keluarganya. Daud pun menuai hasil dari sikapnya itu. Sebuah ironi -AYA

KEBAHAGIAAN IBARAT SEBUAH RUMAH
DAN KELUARGA ADALAH FONDASINYA


2 Samuel 13:1 Sesudah itu terjadilah yang berikut. Absalom bin Daud mempunyai seorang adik perempuan yang cantik, namanya Tamar; dan Amnon bin Daud jatuh cinta kepadanya. 2Hati Amnon sangat tergoda, sehingga ia jatuh sakit karena Tamar, saudaranya itu, sebab anak perempuan itu masih perawan dan menurut anggapan Amnon mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap dia. 3Amnon mempunyai seorang sahabat bernama Yonadab, anak Simea kakak Daud. Yonadab itu seorang yang sangat cerdik. 4Katanya kepada Amnon: "Hai anak raja, mengapa engkau demikian merana setiap pagi? Tidakkah lebih baik engkau memberitahukannya kepadaku?" Kata Amnon kepadanya: "Aku cinta kepada Tamar, adik perempuan Absalom, saudaraku itu." 5Lalu berkatalah Yonadab kepadanya: "Berbaringlah di tempat tidurmu dan berbuat pura-pura sakit. Apabila ayahmu datang menengok engkau, maka haruslah engkau berkata kepadanya: Izinkanlah adikku Tamar datang memberi aku makan. Apabila ia menyediakan makanan di depan mataku, sehingga aku dapat melihatnya, maka aku akan memakannya dari tangannya." 6Sesudah itu berbaringlah Amnon dan berbuat pura-pura sakit. Ketika raja datang menengok dia, berkatalah Amnon kepada raja: "Izinkanlah adikku Tamar datang membuat barang dua kue di depan mataku, supaya aku memakannya dari tangannya." 7Lalu Daud menyuruh orang kepada Tamar, ke rumahnya, dengan pesan: "Pergilah ke rumah Amnon, kakakmu dan sediakanlah makanan baginya." 8Maka Tamar pergi ke rumah Amnon, kakaknya, yang sedang berbaring-baring, lalu anak perempuan itu mengambil adonan, meremasnya dan membuat kue di depan matanya, kemudian dibakarnya kue itu. 9Sesudah itu gadis itu mengambil kuali dan mengeluarkan isinya di depan Amnon, tetapi ia tidak mau makan. Berkatalah Amnon: "Suruhlah setiap orang keluar meninggalkan aku." Lalu keluarlah setiap orang meninggalkan dia. 10Lalu berkatalah Amnon kepada Tamar: "Bawalah makanan itu ke dalam kamar, supaya aku memakannya dari tanganmu." Tamar mengambil kue yang disediakannya itu, lalu membawanya kepada Amnon, kakaknya, ke dalam kamar. 11Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: "Marilah tidur dengan aku, adikku." 12Tetapi gadis itu berkata kepadanya: "Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu. 13Dan aku, ke manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu." 14Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia. 15Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!" 16Lalu berkatalah gadis itu kepadanya: "Tidak kakakku, sebab menyuruh aku pergi adalah lebih jahat dari pada apa yang telah kaulakukan kepadaku tadi." Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan dia. 17Dipanggilnya orang muda yang melayani dia, katanya: "Suruhlah perempuan ini pergi dari padaku dan kuncilah pintu di belakangnya." 18Gadis itu memakai baju kurung yang maha indah; sebab demikianlah puteri-puteri raja yang masih perawan berpakaikan baju kurung panjang. Kemudian pelayan itu menyuruh dia keluar, lalu mengunci pintu di belakangnya. 19Lalu Tamar menaruh abu di atas kepalanya, mengoyakkan baju kurung yang maha indah yang dipakainya, meletakkan tangannya di atas kepalanya dan pergilah ia sambil meratap dengan nyaring. 20Bertanyalah Absalom, kakaknya, kepadanya: "Apakah Amnon, kakakmu itu, bersetubuh dengan engkau? Maka sekarang, adikku, diamlah saja, bukankah ia kakakmu, janganlah begitu memikirkan perkara itu." Lalu Tamar tinggal di rumah Absalom, kakaknya itu, seorang diri. 21Ketika segala perkara itu didengar raja Daud sangat marahlah ia. 22Dan Absalom tidak berkata-kata dengan Amnon, baik tentang yang jahat maupun tentang yang baik, tetapi Absalom membenci Amnon, sebab ia telah memperkosa Tamar, adiknya.

Untuk memperkenalkan orang kepada Kristus, Anda tidak perlu pandai berkhotbah!

Faktor apa yang paling kuat mendorong orang datang ke gereja? Gedung yang megah? Acara yang menarik? Promosi yang gencar lewat koran atau selebaran? Ternyata tidak! Sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa kebanyakan orang tertarik datang ke gereja karena diajak teman. Banyak orang luar merasa takut atau terasing ketika memasuki gedung gereja. Semua serbabaru baginya. Di sinilah pentingnya undangan pribadi. Dengan ditemani seorang sahabat, orang baru ini bisa merasa tenang, sehingga berangsur-angsur bisa belajar mengenal Tuhan.

Ketika Yesus datang ke Samaria, Dia hanya menemui satu orang: perempuan yang hidup dalam perzinaan. Pertemuan ini membuahkan pertobatan. Setelah membukakan semua dosanya, Yesus memulihkan hidup perempuan ini. Sang perempuan lantas bersaksi kepada orang-orang di kotanya. Ia mengajak mereka melihat Yesus. Ajakan ini sangat efektif. Banyak orang datang kepada Yesus, bahkan meminta-Nya tinggal dua hari bersama mereka. Padahal orang Samaria biasanya antipati terhadap orang Yahudi seperti Yesus. Orang-orang itu akhirnya percaya kepada Yesus. Bukan lagi karena ajakan sang perempuan, melainkan karena mereka kini telah mengenal-Nya secara pribadi.

Kapan terakhir kali Anda mengajak seseorang datang ke gereja atau persekutuan? Untuk memperkenalkan orang kepada Kristus, Anda tidak perlu pandai berkhotbah. Cukup menjadi sahabat yang baik. Saksikan apa yang telah Anda alami bersama Kristus kepada teman Anda. Jika ia tertarik, undang dan temanilah ia ke gereja. Sungguh, ajakan Anda bisa membuka jalan baginya untuk mengenal Tuhan -JTI


LEWAT AJAKAN YANG PENUH KETULUSAN
TUHAN DAPAT MEMAKAI ANDA MENJADI PEMBUKA JALAN


Yohanes 4:27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" 30Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.

39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

MEMBUAT KEPUTUSAN YANG TEPAT

HIDUP INI MERUPAKAN suatu rangkaian keputusan. Di dalam perjalanan hidup yang sudah kita lewati entah berapa juta keputusan yang telah kita buat, dari keputusan yang kecil sampai kepada yang besar. Setiap hari, sadar ataupun tidak, setiap orang membuat berbagai keputusan.

Bahkan jika seseorang tidak bersedia membuat keputusan sesungguhnya ia sudah membuat keputusan, dalam hal ini yaitu memutuskan untuk tidak membuat keputusan.

Bukan saja hidup ini merupakan suatu rangkaian keputusan, keadaan hidup kita di masa kini juga merupakan buah dari rangkaian keputusan yang kita buat di masa lampau.
Sebagai contoh, bila Anda saat ini sedang membaca tulisan ini, hal itu adalah karena beberapa saat tadi Anda memutuskan untuk membacanya. Bila Anda saat ini mengenakan pakaian yang sedang Anda sandang, hal itu adalah karena tadi saat membuka lemari pakaian Anda memutuskan untuk mengambil dan mengenakan pakaian itu. Berarti, bila saat ini Anda membaca tulisan ini dengan duduk di kursi yang sedang Anda duduki dan mengenakan pakaian yang sedang Anda pakai, keadaan tersebut merupakan buah dari rangkaian keputusan yang telah Anda buat di masa lampau.

Lebih jauh lagi, kita juga menyadari bahwa keputusan-keputusan yang tepat akan menjadikan hidup kita berbahagia. Sebaliknya keputusan-keputusan yang keliru akan mendatangkan penyesalan dalam diri kita. Tak sedikit di antara kita yang menyesal karena telah memutuskan untuk membeli barang yang semestinya tidak perlu kita beli, atau pergi ke tempat yang semestinya tidak usah kita kunjungi, atau mengucapkan kata-kata yang semestinya tidak boleh terlontar dari mulut kita. Dengan kata lain, betapa pentingnya bagi setiap kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak.

Tentang hal tersebut, di dalam Efesus 5:15-17 dinasihatkan sebagai berikut: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”


Tidak Gegabah

Memperhatikan nasihat firman Tuhan tersebut di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ada tiga sikap yang harus mendasari pertimbangan yang kita buat agar menghasilkan keputusan yang arif atau bijak. Yang pertama adalah sikap seksama dalam menjalani hidup.

Karena hidup merupakan rangkaian keputusan, maka firman Tuhan ini dapat diartikan sebagai nasihat agar kita tidak bersikap sembrono atau gegabah dalam membuat keputusan.

Keputusan-keputusan yang dibuat dengan gegabah, tanpa pertimbangan yang matang, apalagi hanya karena didorong oleh emosi sesaat cenderung akan mendatangkan penyesalan yang mendalam.

Adalah baik di saat seseorang hendak membuat keputusan ia mengambil waktu terlebih dahulu untuk bertanya kepada dirinya sendiri: “Sudah bijakkah keputusanku ini?” Dengan demikian ia dapat terhindar dari sikap yang gegabah dalam membuat keputusan.


Menghasilkan Kehidupan yang Bermutu

Sikap yang kedua adalah keinginan untuk menghasilkan kehidupan yang bermutu. Dinasihatkan dalam firman Tuhan di atas agar kita menggunakan waktu yang ada, tentu dalam maksud yaitu menggunakan waktu secara efektif.

Hal ini sangatlah penting, sebab bukan panjang pendeknya usia seseorang tetapi bagaimana yang bersangkutan menggunakan waktu yang dimilikinyalah yang akan menentukan mutu kehidupan yang ia jalani. Usia boleh panjang, namun kalau yang bersangkutan menggunakan waktunya untuk hal-hal yang tak berguna, maka hidupnya tidak akan bermutu.

Sebaliknya bisa jadi usia seseorang relatif pendek saja, namun bila ia menggunakan waktunya dengan baik maka ia akan memiliki hidup yang bermutu.

Oleh karena itu di saat seseorang akan mengambil keputusan perlulah ia bertanya kepada dirinya sendiri: “Apakah keputusanku ini akan menghasilkan kehidupan yang bermutu?”

Saya telah membahas bahwa hidup yang bermutu adalah kehidupan yang diisi dengan relasi yang sehat, baik dengan Tuhan, diri sendiri dan dengan sesama.

Relasi dengan sesama ini dimulai dari relasi dalam keluarga, kemudian dengan sesama anggota jemaat dan akhirnya dengan lingkungan pergaulan yang lebih luas.

Berarti yang bersangkutan perlu menimbang, apakah keputusan yang ia ambil akan menghasilkan relasi yang sehat dengan Tuhan, dirinya sendiri serta keluarganya, sesama saudara seiman dan lingkungan pergaulannya?


Selaras dengan Kehendak Tuhan

Sikap yang ketiga adalah kesediaan untuk menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan. Itu sebabnya dinasihatkan dalam firman Tuhan di atas agar kita mengerti kehendak Tuhan.

Keputusan yang bijak bukan saja dibuat dengan pertimbangan yang matang atau tidak gegabah, dan dengan maksud untuk menghasilkan kehidupan yang bermutu, tetapi ia juga harus sesuai dengan kehendak Tuhan.

Oleh karena itu sebelum seseorang mengambil suatu keputusan ia perlu terlebih dahulu bertanya kepada dirinya sendiri: “Apakah keputusanku ini sesuai dengan kehendak Tuhan?” Sikap ini sangatlah penting, sebab kehendak Tuhan tidak akan pernah gagal.
Itu sebabnya keputusan-keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan di samping menyenangkan hati Tuhan juga akan mendatangkan keberhasilan.

Monday, February 22, 2010

Bersungguh Hati dalam Doa

Bersungguh Hati dalam Doa

“Maka berseru-serulah mereka kepada Tuhan dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkanNya mereka dari kecemasan mereka”. (Mazmur 107:28)

Banyak orang kristen yang merasa cemas didalam hidup ini, meresa takut dan gentar menghadapi persoalan hidup ini. Tetapi berapa banyak orang kristen yang berseru pada Tuhan pada waktu mereka menghadapi kesesakan dan kecemasan tersebut? Banyak yang mengaku telah berdoa tetapi berapa banyak yang benar-benar berseru-seru kepada Tuhan? Beberapa berdoa sambil lalu, beberapa berdoa sekedar coba-coba barang kali terkabulkan, beberapa lagi berdoa sebagai ucapan “permisi” kepada yang Diatas dan sisanya usahanya sendiri, beberapa lagi berdoa sebagai materi rutinitas kata-kata yang seharusnya disebut dalam doanya. Tetapi bukan doa seperti itu yang dimaksud Tuhan. Berseru-serulah kata Tuhan.

Pada waktu saya masih kecil, setiap sore selalu keluar rumah untuk bermain-main dengan tetangga. Biasanya dibalik tembok yang hanya setinggi 2 meter, teman-teman sudah memanggil dengan keras. Mereka tidak akan berhenti memanggil sampai saya keluar melompati tembok tersebut. Tidak pernah mereka memanggil dengan sekali panggil, atau dengan suara pelan, atau sekenanya barang kali saya dengar dan keluar. Mereka akan berseru-seru sampai saya keluar.

Allah ingin kita berseru-seru seperti itu. Berseru sampai Ia datang menolong kita. Tidak akan berhenti sebelum Allah datang menolong. Itulah berseru-seru. Berseru-seru itu bukan doa makan…

“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (Lukas 18:7)

Tuhan Yesus sendiri yang mengajarkan kepada kita doa yang tidak jemu-jemu tersebut (Lukas 18:1-7), jangan anggap remeh doa. Sering kali seorang kristen kalau bertanya kepada pemimpin, pendeta, gembala sidang atau tua-tua jemaat selalu mendapat jawaban “berdoalah” bahkan rasanya sudah tahu jawabnya sebelum bertanya. Kadang karena seringnya nasihat untuk berdoa membuat doa itu sendiri menjadi tidak berarti seakan hanya jalan terakhir kalau tidak ada jalan keluar lagi. Jangan bodoh! Doa itu besar kuasanya (Yakobus 5:16). Lupakah anda dengan Lukas 19:46 yang mengatakan, “Rumah-Ku adalah rumah doa.”? Jika kita tidak pernah berdoa atau meremehkan doa, apakah pantas kita disebut Rumah Doa?

Hidup orang kristen adalah hidup dalam doa (Efesus 6:18, 1 Tesalonika 1:17) dalam segala hal Tuhan mengajarkan kita untuk selalu berdoa kepadaNya, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. (Filipi 4:6). Tidak ada alasan kita untuk tidak berdoa sebab kekuatan manusia itu terbatas, tetapi dengan berdoa kita dapat melampaui apa yang mustahil, sebab Firman Tuhan mengatakan, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Matius 9:23). Apa saja yang kita doakan didalam namaNya (Yohanes 16:23, 15:16, 14:14) Tuhan akan berikan. Percayalah didalam doa-doamu pasti dapat jawabannya (Matius 21:22, Markus 11:24). Mulai saat ini jangan anggap remeh doa terus menerus dan tiada jemu-jemu, berseru-seru sampai doa kita terjawab. Itu yang diajarkan oleh Yesus.

“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.” (Yeremia 33:3) Ya Tuhan pasti menjawab sebab Ia tidak pernah menyuruh kita mencari wajahNya dengan sia-sia itu janji Tuhan dalam Yesaya 45:19.

Mengapa kita harus berseru-seru, tidakkah cukup satu kali kita berdoa Tuhan sudah dengar?

Jika kita adalah seorang yang sempurna didalam kekudusan maka cukup satu kali saja kita berdoa Tuhan menjawab (Mazmur 3:5). Allah itu adalah kudus dan manusia adalah daging (Kejadian 6:3, Roma 7:19-24) walau kita telah ditebus dan diampuni segala dosa kita, tetapi tubuh daging ini masih belum ditebus (Roma 8:23 KJV, TL). Daging ini masih menjadi penghalang kita dengan Allah. Selama kita hidup dalam daging ini maka selalu ada penghalang dihadapan Allah.

Karena itu Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk berseru-seru dengan tiada jemu-jemu. Perumpamaan dalam Lukas 18:1-7 diceritakan tentang seorang janda yang berusaha membela haknya, walaupun raja itu raja yang lalim tetapi akhirnya dibela juga. Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8) dan penuh kemurahan (Mazmur 30:6), karena itu walau kita daging adanya tetapi kalau kita berdoa dengan tiada jemu-jemu Tuhan akan menjawab doa kita. Asalkan doa kita tersebut bukan untuk menguatkan daging dan hawa nafsu ini, tetapi memohon sesuatu yang baik dan benar dihadapan Tuhan.

Doa juga merupakan suatu pergumulan didunia antara keinginan kita dan rencana indah Allah. Beberapa permohonan kita bukanlah yang terbaik, tetapi jika kita sungguh-sungguh memintanya didalam kebenaran dan didalam ketekunan maka Tuhan akan memberinya. Seperti permohonan raja Hizkia untuk hidup lebih lama (2 Raja-raja 20:1-21), seperti juga permohonan Putra Manusia untuk menghindar dari “cawan” (Matius 26:42-44, Markus 14:39). Banyak juga kesaksian permohonan yang kurang baik yang dikabulkan karena kita meminta dengan tiada jemu-jemu. Manusia yang telah ditebus adalah mahluk bebas, bukan robat. Asalkan bukan dosa yang diminta, Allah akan memberikannya. Matius 7:7-11 menggambarkan sifat Allah seperti Bapa kepada anaknya. Suatu kali anak saya mendapat janji dibelikan mainan baru, kita telah merencanakan membelikan mainan yang baik dan dari bahan yang bagus, tetapi karena merengek-rengek terus meminta mainan yang kurang baik buatan china maka terpaksa kita belikan juga. Taklama kemudian mainan itu juga rusak sebab memang dibuat dengan kwalitas yang kurang baik. Demikian juga Allah, karena itu pahamilah kehendak Allah. Tuhan Yesus walau tidak jemu-jemu memohon “cawan” itu lalu, tetapi akhirnya Ia mengatakan, “jadilah kehendakMu”. Mazmur 146:8 mengatakan, “… Tuhan mengasihi orang-orang benar”.

Ingat doa orang berdosa tidak akan didengarnya. Apapun juga permohonannya. “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.” (Yesaya 1:15) Kalau kita tidak mau mentaati dan memperhatikan nasihat Firman Tuhan doa kita juga tidak didengar Tuhan (Amsal 28:9). Jangan hidup didalam daging jika ingin doa kita didengar Tuhan (Roma 8:7-8, Yesaya 59:2).

Bagaimana berdoa yang benar?

Dalama Yakobus 4: 2-4 diajarkan tentang berdoa, tanpa berdoa kita tidak akan memperoleh apa-apa. Juga diajarkaan bahwa doa itu bukan meminta perkara dosa dan hawa nafsu sebab dunia ini musuh Allah, tidak mungkin Allah memberikan musuhnya bagi orang yang dicintai. Juga dalam 1 Yohanes 5:14 diajarkan tentang meminta kepada Allah menurut kehendakNya maka doa kita akan dikabulkan. Sering kali kita juga bingung harus bagaimana dan mengucapkan doa seperti apa. Bahkan tidak jarang kita sebenarnya tidak mengerti apa sebenarnya yang kita inginkan, kita hanya merasakan hati yang gelisah dan cemas.

Saat kita hendak berdoa, mulailah dengan menenangkan diri kita, menenangkan pikiran dan hati kita (1 Petrus 4:7), biarkanlah roh kita menyelidiki hati dan pikiran kita dengan tenang. Sebab Amsal 20:27 mengatakan, “Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.” Setelah kita tenang dan menguasai seluruh diri kita barulah kita dapat berdoa. Jika tidak tenang atau bahkan dalam kesibukan disambi kerja tentu kita tidak dapat berdoa dengan baik. Tuhan Yesus sendiri dalam Alkitab diceritakan setiap kali Ia berdoa selalu menghindari keramaian dan menyendiri (Markus 1:35, 6:46, Matius 26:36). Jangan tertipu Iblis dengan status “dewasa rohani” dan “mahir dalam doa” sehingga merasa cukup hanya doa sambil lalu sambil kerja atau mengendarai kendaraan.

Paulus mengajarkan tentang doa dengan akal budi dan doa dengan roh dalam 1 Korintus 14:14-15. Keduanya berbeda, pada saat kita berdoa dengan akal budi kita, kita perlu kosentrasi menggunakan pikiran kita tidak bisa disambi. Doa dengan akal budi kita berdoa dengan kata-kata yang dapat kita ucapkan sesui dengan maksud pikiran kita. Tetapi saat kita berdoa dengan roh, maka kita dibantu oleh Roh Kudus seperti yang tertulis dalam Roma 8:26, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Kita berdoa dengan karunia bahasa lidah, didalam ketenangan dan penguasaan diri. Dari hati ke hati, dari roh manusia ke Roh Allah.

Doa didalam roh tidak bisa dibuat selingan dan sambil lalu. Doa didalam roh dan doa dengan akal budi sama-sama memerlukan waktu terbaik kita, bukan sisa-sisa waktu. Harus ada yang dikorbankan (Imamat 6:12-13), waktu untuk menonton televisi, waktu untuk membaca majalah, waktu untuk ngoborol dengan teman dan lain-lainnya. Iblis tidak suka melihat umat Allah berdoa karena itu sering kali kita ditipu dengan sisa-sisa waktu, dengan kesibukan semu, dengan cukup doa didalam roh sambil lalu. Doa itu kekuatan kita, tanpa doa kita menjadi lemah. Tuhan Yesus mengatakan “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Markus 14:38). Jangan jemu-jemu berdoa! Berikanlah waktu yang terbaik! Jangan berhenti sebelum Tuhan menjawab doa kita.

MENGUCAP SYUKUR KPD ALLAH

May 2008

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)

BersyukurlahSudah sering kita mendengar nasihat Firman Tuhan, entah lewat kotbah-kotbah atau tulisan-tulisan tentang mengucap syukur baik susah maupun senang bahkan dalam segala hal. Bahkan mungkin kita telah bosan dengan nasihat tersebut karena seringnya disampaikan. Namun demikian sesungguhnya ada berapa banyak umat Allah yang benar-benar mengucapkan syukur kepada Allah?

Tidak mudah mengucap syukur pada saat susah, pada saat keadaan tidak baik, saat masalah berat menghimpit. Beberapa mungkin berusaha mengucap syukur, tetapi diantaranya juga hanya sebatas kata-kata saja. Saat kelimpahan, saat keadaan sangat baik, juga bukan berarti mudah mengucap syukur, banyak diantaranya melupakan Tuhan dan malah meninggalkan ibadah dan persekutuan. Memang tidak mudah mengucap syukur, karena itu Firman Tuhan menulis “mengucap syukurlah”.

Allah itu baik

Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
(Mazmur 106:1)

Alkitab mengajarkan kita mengucap syukur atas kebaikan Allah kita, atas segala kemurahan dan rahmatNya. Karena kasih setiaNya yang besar maka kita mengucap syukur.

Sebenarnya dalam keadaan apapun juga, pada saat kita menerima kelimpahan dari Allah, atau saat kita dihadapkan kepada kesukaranpun kita patut bersyukur, sebab Firman Tuhan dalam Yakobus 1:17, berkata “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Segala yang diberikan oleh Allah sebenarnya adalah pemberian yang baik. Karena itulah kita patut mengucap syukur kepadaNya.

Kita sebagai anak-anakNya, Matius 10:29-31 mengatakan bahwa Allah memperhatikan kita dan memeliharakan kita, bahkan rambut dikepalapun dihitungNya dan tidak ada satupun yang gugur tanpa seijin dan sepengetahuan Allah. Apapun juga yang kita hadapi, sebagai anakNya pastilah itu adalah pemberian dan anugrah yang baik dan sempurna.

Persoalan yang sering kita hadapi sebenarnya adalah kesulitan untuk melihat bahwa segala pemberian dan anugrah dari Allah itu adalah baik. Pada saat rasul Paulus dan Silas dipenjara karena injil, mereka dapat mengucap syukur dan menaikan puji-pujian kepada Allah didalam penjara dalam keadaan terpasung (Kisah Rasul 16:24-28). Apa yang dilihat oleh Rasul Paulus atas kemalangan yang ditimpanya sebagai sesuatu yang baik? Saat Ayub kehilangan seluruh harta dan anak-anaknya, bahkan sekujur tubuhnya penuh dengan borok, tetapi ia tetap memuji kebesaran Allah (Ayub 1:20-22). Apa yang dilihat oleh Ayub, sehingga ia dapat bersyukur? Raja Daud saat ia dikejar-kejar Raja Saul hendak dibunuh dan terjebak didalam gua, ia malah bermazmur dan bersyukur kepada Allah (Mazmur 57:1,8-12). Apa yang dilihat oleh Raja Daud? Bukankah kematian sudah didepan matanya? Tetapi Daud menganggap Allah itu baik.

Mereka bukan bersyukur atas kemalangan yang menimpa mereka, tetapi bersyukur atas apa yang baik yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh manusia, mereka melihat kebaikan Allah dan kebesaran Allah dalam hidup mereka. Raja Daud pernah kesulitan melihat dan dengan mata dagingnya, ia melihat kemalangannya sebagai kemalangan manusia bukan sebagai pemberian dan anugrah yang baik dari Allah.

Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.
Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.
Dan mereka berkata: “Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?”
Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
Mazmur 73:2-14

Demikian Daud mengeluh atas kemalangannya. Mengeluh karena semakin ia mengasihi Allah dan berusaha hidup berkenan kepadaNya, malah ia seperti kena hukum setiap pagi. Kesukaran bukannya bertambah hilang, melainkan semakin berat dengan adanya hukum-hukum Allah. Orang lain dapat berdusta, dapat membual, dapat membalas sampai puas, dapat melakukan segala perbuatan yang direncanakan dihatinya, tetapi Daud, anda dan saya, memiliki Firman Allah yang membatasi hidup kita. Bahkan oleh karenaNya, kita mendapatkan kesukaran, persoalan dan alternatif jalan keluar persoalan kita semakin terbatas.

Sering kali kita mengeluh kepada Tuhan. Saat hajaran datang, saat ujian menghampiri, saat kita ditimpa kemalangan. Kita mengenadah keatas, bukan untuk bersyukur kepada Allah, tetapi untuk protes kepada Allah. Bagaimana kita dapat melihat semua itu baik dan mengucap syukur kepada Allah?

Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
Mazmur 73:16-17

Selanjutnya, Mazmur menuliskan bahwa saat masuk dalam hadirat Tuhan, kita akan melihat seperti Daud melihat, seperti Ayub melihat, seperti Paulus melihat. Didalam hadirat Tuhan, maka mata dan hati kita akan dicelikan dan kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan dan kita dapat bersyukur. Bersyukur yang bukan dibibir ini saja, tetapi dari dalam hati, dari hati yang tulus dan jujur. Semua itu dimulai dari dalam hadirat Tuhan.

Mengucap syukur yang benar-benar dari dalam hati dan didalam kebenaran adalah saat kita masuk dalam hadirat Tuhan, saat kita mendekat kepadaNya, saat kita bertekuklutut dihadapanNya. Pada saat itu maka kasih Allah akan dicurahkan dalam hati kita dengan limpahnya dan kita dapat melihat dengan mata yang terbuka seperti Daud dan Paulus.

Tetapi jika kita tidak pernah menghadap hadirat Allah, maka ucapan syukur kita bukan benar-benar dari hati, tetapi keluar dari pikiran dan mulut saja. Karena tidak bersungut-sunggut itu bukan berarti mengucap syukur. Mengucap syukur itu bukan otomatis menjadi kebalikan bersungut-sunggut sehingga jika kita tidak bersungut-sungut itu berarti mengucap syukur. Saat kita tidak bersungut-sungut, kita menunjukan sikap menerima, sedangkan untuk dapat bersyukur, harus keluar dari dalam hati nurani yang murni, bukan sekedar keluar kata-kata di bibir.

Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. (2 Timotius 1:3a)

Bagaimana dengan kita saat ini, sulitkah kita mengucap syukur? Atau selama ini kita paksakan keluar dibibir kita? Datanglah dihadapan hadirat Allah, bertututlah berdoa dan biarkanlah Roh Allah membuat anda merasakan betapa baiknya Allah itu, jauh lebih baik dari yang anda bayangkan, bahkan dengan segala kondisi yang menghimpit kita atau mengancam kita. Rencana Allah itu indah (Yeremia 29:11), dan Ia ingin kita tinggal didalamnya (Efesus 2:10), bukan sebagai seorang yang tidak berguna dan egois didunia yang membutuhkan terang dari Allah (Kisah Rasul 13:46-47), tetapi Ia ingin kita hidup membawa terang walau ditengah kegelapan. Karena untuk itulah kita ada didunia ini.

Mari kita mulai hari ini, berlutut dihadariatNya agar kita benar-benar dapat mengucap syukur kepadaNya atas segala hal.

ISTILAH KRISTIAN/ GEREJA-GEREJA TIDAK MENYELAMATKAN

SALOM semua...


Keselamatan tidak lahir dari kristenisasi…

Banyak manusia ribut dengan agama, berebut pemeluk, menghitung jumlah, menghitung uang, kekuasaan, pengaruh dan apa saja yang bisa didapat dari banyaknya pemeluk.

Sejak ribuan tahun lalu, sejarah mencatat manusia telah memanfaatkan “agama” untuk memobilisasi manusia, untuk mensukseskan tujuan dan memperkuat kedudukan dan pengaruhnya, sampai dengan hari ini. Agama diciptakan oleh manusia, dari ujung bumi sampai ke ujung bumi dengan mengatasnamakan wahyu, manusia menciptakan beragam agama didunia ini. Allah tidak pernah menciptakan agama, tetapi manusia telah menciptakannya dan telah membangun kerajaannya dibumi ini.

Agama tidak dapat menyelamatkan manusia. Agama dan Kitab Sucinya tidak akan membuat manusia itu selamat. Selidikilah semua Kitab Suci*, lihatlah dengan teliti, apakah ada kepastian akan keselamatan dan kehidupan kekal sesudah kematian? Adakah jaminan seorang memeluk agama tertentu akan selamat? Bukankah penyebar agama adalah orang yang sedang penyebar kekuasaan manusia?

Allah telah memberikan wahyuNya kepada semua manusia dari segala jaman, dari belahan bumi paling ujng sampai ujung satunya. Wahyu yang diberikan merupakan gambaran atau bayangan akan wujud Tuhan Yesus Kristus, tetapi manusia lebih menyukai agama dari pada keselamatan yang dijanjikan Allah. Wahyu secara khusus diberitakan lewat bangsa Israel, tetapi kepada bangsa-bangsa lain, Allah memberikan hukum tersebut didalam hati mereka.

“Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus”. (Roma 2:14-16)

Suatu saat kelak akan nyata, bahwa berita tentang kedatangan Sang Mesias, yaitu Tuhan Yesus Kristus telah diberitakan sejak lama kepada segala bangsa, bukan hanya lewat bangsa Israel. Hal itu akan nyata saat hari penghakiman seluruh umat manusia di akhir jaman. Tetapi sekali lagi, manusia lebih menyukai agama daripada keselamatan yang telah dijanjikanNya.

“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi”. (Mazmur 19:2-5)

Keberadaan Allah, dosa, penghakiman, keselamatan dan penebusan, dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, sejak purbakala di seluruh dunia, ditempat terpencil dan jauh dari peradapan sekalipun, gema ini telah disampaikan didalam hati mereka, bahkan orang-orang bijak dan tulus diantara mereka beroleh anugrah untuk mengetahui lebih banyak tentang wahyu keselamatan dari Allah. Tetapi, sekali lagi manusia lebih menyukai agama dari pada keselamatan dari Allah.

Kini, manusia masih terjebak dalam kekuasan agama. Apakah kita akan menjadikan semua bangsa pemeluk agama kristen? Kristenisasi tidak membuat manusia itu diselamatkan. Bagi Allah, menjadi kristen atau bukan, bukanlah perkara yang besar, bahkan beribu-ribu orang menjadikan dirinya pemeluk agama kristen itu sama sekali tidak berguna dan tidak berarti bagi Allah (Yoh 2:23-25).

Tuhan Yesus tidak pernah memerintahkan kita untuk mengkristenisasikan siapapun juga. Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk memperdamaikan mereka dengan Allah dan menjadikan mereka murid (Matius 28:19-20), bukan untuk menjadikan pemeluk agama kristen atau menyebarkan agama dengan tuntutan-tuntutannya (Lukas 9:2-5, Mark 16:15).

Jadi sekali lagi saya ingatkan, kita sebagai murid Tuhan Yesus Kristus, kita bukan diutus untuk mengkristenisasi orang atau menyebarkan agama kristen, tetapi untuk menyelamatkan mereka dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

“Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. (Roma 10:13-17)

Mari kita beritakan kabar baik tersebut, dan membawa banyak orang kepada Allah lewat Tuhan Yesus Kristus, bukan untuk menjadikan mereka pemeluk agama kristen. Sudah cukup gereja-gereja kita dipenuhi para pemeluk agama yaitu para munafik, pendosa dan anak-anak iblis.

Buang jauh-jauh istilah kristenisasi…

Salam damai sejahtera,


“Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. (2 Korintus 5:19-21)

* Hanya didalam Kristus ada keselamatan, hukum dosa dan hukum maut, hukum Taurat dan aturan-aturan manusia lainnya membuat manusia menjadi pendosa. Tidak ada seorangpun dapat dibenarkan/diselamatkan karena melakukan perintah hukum Taurat (Galatia 2:16, Roma 3:20, Galatia 2:21).

SPIRIT - SPIRIT JAHAT DI BAIT ALLAH / GEREJA

Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

Matius 4:5-7

DIATAS ATAP BAIT ALLAH

Bait AllahTuhan Yesus sebelum memulai pelayananNya, Ia berpuasa di padang gurun selama 40 hari, dan Ia digoda oleh Iblis dengan tiga macam godaan. Salah satunya adalah digoda untuk menjatuhkan diri dari Bait Allah.

Jika kita melihat dua godaan lainnya, maka kita dapat melihat ada yang berbeda dengan satu ini. Dimana saat Yesus lapar, Ia digoda untuk memakan roti dan disaat dilihatkan kerajaan dunia dan gemerlapnya, Ia digoda dengan segala kemulyaan dan kemewahan duniawi. Dua godaan ini sering kali juga dilontarkan oleh Iblis kepada kita. Tetapi godaan tentang menjatuhkan diri dari Bait Allah terlihat paling lain sendiri.

Tidak ada tawaran yang diberikan oleh Iblis dalam menggoda Yesus diatas atap Bait Allah. Iblis hanya menantangNya untuk menjatuhkan diri dari atap Bait Allah. Secara logika, siapa mau menjatuhkan diri dari atas atap. Apa yang didapatkan? Godaan Iblis macam apa itu, kelihatannya kok tidak bermutu.

Apakah itu dapat disebut sebuah godaan?

Banyak orang kristen tidaksadar dan terjebak pada godaan ini. Iblis tidak membawa Yesus berada dipuncak suatu gunung atau diatas dahan pohon tertinggi, atau diatas menara, tetapi Iblis membawa Yesus keatap Bait Allah. Bait Allah, bukan istana, Iblis rupanya juga cukup rohani, memilih Bait Allah. Alkitab menulis hal ini sebagai peringatan bagi kita, bahwa Iblis juga akan menggoda kita didalam kehidupan rohani kita.

Memang benar ada tertulis, sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. (Mazmur 91:11-12), dan Iblis telah menantang Tuhan Yesus untuk membuktikan ayat tersebut. Hal yang penting adalah dimana Iblis telah membawa Yesus yaitu di atap Bait Allah. Tempat dimana orang Israel berkumpul dan para imam, ahli Taurat dan orang Farisi berkumpul dibawanya.

Jika Yesus menerima tantangan tersebut, maka yang hendak dibuktikan bukan kebenaran Firman Tuhan lagi, melainkan kesombongan manusia, seperti mencari hormat dan pujian dihadapan segenap rohaniwan, orang-orang yang berada di bawah Bait Allah.

Dengan lembut tantangan tersebut ditolak oleh Tuhan Yesus dengan mengatakan bahwa benar ada ayat tersebut, tetapi ada ayat lain yang mengatakan, “jangan kita mencobai Tuhan Allah kita”. Karena Tuhan tahu apa yang ada didalam hati manusia dan Allah tidak dapat didustai dengan dalih rohani untuk kemulyaan manusia, untuk mencari hormat dan pujian bagi diri sendiri.

Godaan akan kesombongan rohani, adalah godaan yang berbahaya, yang hanya dapat dinilai atau dilihat dari hati manusia itu sendiri. Orang lain siapa yang dapat mengetahui isi hati kita? Godaan kesombongan rohani ini juga merupakan salah satu bagian dari tiga macam godaan Iblis yang sering dilontarkan kepada anak-anak Allah. Waspadalah!

DIDALAM GEREJA TUHAN

Didalam komunitas gereja, juga sama seperti komunitas diluar gereja. Mereka berinteraksi satu sama lain dalam sebuah komunitas. Didalam sebuah komunitas terdapat nilai-nilai akan perkara baik dan buruk, demikian juga didalam gereja, secara tidak sadar masyarakat gereja menilai setiap orang apakah ia rohani atau tidak. apakah ia dipakai Allah atau tidak, apakah ia orang besar atau orang kecil didalam pelayanannya.

Godaan yang dilontarkan diatas atap Bait Allah kepada Yesus, juga akan dialami oleh anak-anak Allah yang lainnya. “Buktikan kalau kamu memang seorang yang rohani” demikian kira-kira kalimat Iblis kepada kita diatas Bait Allah. Dan hari ini kita melihat serentetan orang-orang Kristen yang hidup munafik. Hidup sok rohani, sok penting. Bahkan lebih dari itu, banyak orang yang merasa lebih hebat dari pada yang lainnya dalam kehidupan rohaninya. Mereka telah digoda untuk melompat dari atas Biat Allah.

Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Matius 5:20)

Ahli taurat hanya tampil rohani dari luar saja (Matius 23:25-28), menjadi masyarakat kelas satu dan menuntut hormat dan pujian dari ibadahnya. Firman Tuhan katakan, kalau ibadah kita sama, maka kita tidak akan diselamatkan.

Tuhan menuntut perbuatan yang lahir dari hati yang suci (Matius 23:26), bukan hanya tampak perbuatannya saja. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi egois hanya memikirkan baik untuk diri sendiri, tetapi Tuhan ingin kita menganggap yang lain lebih utama. Kehidupan rohani seorang kristen adalah melayani, bukan dilayani dan dihormati (Matius 20:28).

dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:3-4)

Kita tidak boleh merasa lebih penting dan utama dari pada orang-orang lain. Kita menjadi pengikut Kristus, bukan menjadi tuan bagi saudara-saudara kita, tetapi kita menjadi pelayan bagi mereka (Lukas 22:25-27). Mungkin kita seharusnya belajar menjadi lebih baik dari pembantu rumah tangga kita didalam melayani satu sama lain. Dunia telah memutar nilai kehidupan kekristenan, seorang yang dianggap lebih rohani, maka ia lebih dihormati dan mendapat hak-hak istimewa didalam komunitas gereja, bukan sebagai pelayan tetapi sebagai seseorang yang wajib dilayani walau ia menyandang gelar “pelayan”.

Kesombongan rohani adalah tipu daya Iblis. Kehormatan dan nama besar didalam komunitas gereja adalah sebuah kesia-siaan dan jerat Iblis. Kursi-kursi kehormatan, gelar-gelar manusia, pujian kosong dan sebagainya adalah tipu daya. Tetapi ternyata tidak kurang orang bodoh di dalam gereja yang mau juga disuruh Iblis menjatuhkan diri diatas atap Bait Allah tanpa mendapat imbalan apa-apa dari Iblis.

Kesombongan rohani dapat muncul karena :

1. Pernyataan kuasa Allah. Seperti menyembuhkan orang sakit, nubuat, mengusir setan dan lain-lainnya. Hal-hal ini dapat menyeret seorang anak Allah, berlaku bodoh menjatuhkan diri diatas Bait Allah hanya untuk menunjukan kepada seluruh orang yang ada dipelataran Bait Allah bahwa malaikat akan menopangnya.Mereka yang menjatuhkan diri akan menerima segala pujian manusia, menerima penghormatan manusia bahkan hadiah berlebih-lebih yang mewah dari banyak orang. Diterimanya semua sebagai haknya dan lupa dirinya adalah hamba melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu! Sebab itu Tuhan, TUHAN semesta alam, akan membuat orang-orangnya yang tegap menjadi kurus kering, dan segala kekayaannya akan dibakar habis, dengan api yang menyala-nyala. (Yesaya 10:15-16)

Banyak kisah dimana anak-anak Allah yang dipakai melayani dengan pernyataan kuasa Allah yang luar biasa akhirnya “terjatuh dari atap” dan Allah meninggalkannya. Apakah dikira Allah bodoh dan dapat dipermaikan? Allah tidak dapat dicobai, seperti yang terjadi pada Simson, dikiranya seperti sudah-sudah ia dapat melepaskan diri tetapi nyatanya Allah telah minggalkannya.
2. Kesombongan karena mengerti lebih. Mengerti Firman Tuhan lebih dari yang lainnya (menurut sangkanya sendiri), ternyata juga dapat menjadikan seseorang itu menjadi sombong rohani. Tentang daging persembahan berhala kita tahu: “kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. (1 Korintus 8:1).

Banyak orang kristen akhir-akhir ini sering saling menyerang aliran satu dengan yang lain dengan segala ilmu Theologianya. Serentet gelar terpampang didepan namanya, mereka seakan lebih benar dari aliran-aliran lainnya. Seakan Allah hanya berbicara kepada mereka saja, sementara kepada aliran kristen lainnya, Allah tidak berbicara. Hal-hal ini lahir dari kesombogan rohani akan pengetahuan manusia yang terbatas, akan segala ilmu Theologia yang kosong, yang hanya digunakan untuk menyerang dan menyalahkan orang.

Tentang pengetahuan, 1 Korintus 8:2-3, menjelaskan : Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.Sebab pengetahuan dan hikmat itu dari Allah bukan dari kepandaian atau usaha manusia (Amsal 2:6). Sedangkan pengetahuan itu sendiri Allah tidak memberikan lengkap kepada kita (1 Korintus 3:9, Ulangan 29:29).

Jangan kita saling menyalahkan dan membenarkan diri dengan pengetahuan kita akan Firman Tuhan, tetapi mari kita saling melengkapi, saling menguatkan, menghibur, mengajar, menegur dan membangun dengan pengetahuan yang telah diberikan kepada kita. Jika panas hati timbul dan pertengakaran dan debat dan pertikaian datang maka anda telah memutuskan untuk lompat dari atas Bait Allah. Apa yang ingin anda buktikan? Kebenaran Firman Tuhan atau diri anda sendiri?
3. Keahlian didalam pelayanan, seperti suara merdu, memainkan musik dengan luar biasa, pandai presentasi, pandai berbicara, kotbah dan lain-lainnya. Keahlian-keahlian yang Tuhan berikan sering kali menjadi berarti didalam organisasi gereja, sehingga menjadikan mereka yang memiliki keahlian tersebut ditempatkan pada posisi yang penting dalam komunitas tersebut.

Penting bagi manusia tidak berarti penting bagi Allah. Bahkan Firman Tuhan mengatakan apa yang dikagumi manusia itu dibenci oleh Allah (Lukas 16:15). Keahlian tersebut dapat membutakan mata kita dan dapat membuat kita bertindak bodoh dengan mendengarkan godaan Iblis untuk menjatuhkan diri diatas Bait Allah. Jangan mengejar pujian, penghormatan dan ingin diistimewakan didalam gereja, sebab itu samua adalah milik Allah.

Demikian kita semua, sebagai anak-anak Allah, baiklah kita belajar dari catatan godaan yang dilakukan oleh Iblis kepada Tuhan Yesus Kristus di padang gurun. Salah satunya adalah godaan untuk menjatuhkan diri dari atap Bait Allah, sesuatu kesombongan rohani. Hanya orang bodoh yang mau melompat dari atas atap. Tetapi godaan sekonyol itu telah menewaskan banyak anak-anak Allah.

Walaupun pernyataan Allah luar biasa didalam kehidupan kita, didalam pelayanan kita, kita harus selalu ingat bahwa semua itu bukan perkara yang penting, sebab yang terpenting dari semuanya bukan kehebatan kita dalam perkara rohani tetapi apakah kita diselamatkan atau tidak. Matius 7:21-23 dengan jelas menuliskan bahwa di akhir zaman, banyak orang yang melayani dengan kuasa yang luar biasa dan dengan hebohnya, malah mereka ditolak dari hadapan Tuhan. Kesombongan spiritual dapat membuat kita terlena dengan pujian dan penghormatan manusia akan perkara-perkara rohani.

“Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10:19-20)

Mulai saat ini waspadalah terhadap segala kesombongan rohani. Kebesaran yang diberikan oleh manusia, pujian yang diucapkan oleh manusia dan segala hormat yang diterima karena perkara-perkara rohani yang ada dalam diri kita adalah perkara yang sia-sia. Semua itu adalah tipu daya Iblis. Jangan kita jatuh karenanya. Sementara pernyataan yang luar biasa dari Allah dalam hidup dan pelayanan kita, bukan jaminan nama kita tercatat dalam Kerajaan Surga.

Seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan mengusir Iblis yang menggodaNya (Matius 4:10), demikian juga yang dilakukan oleh Paulus saat Iblis melantunkan pujian rohani kepadanya (Kisah Rasul 16:17-18), kita juga sebaiknya meniru teladan tersebut agar kita tidak jatuh karena kesombongan rohani.

Akhir kata saya mengutip 1 Korintus 9:27 yang berkata: Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

THE FINAL MESSAGE ( in BAHASA)

Yehezkiel 20:19

Akulah TUHAN, Allahmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia,

Tuhan ingin kita hidup menurut ketetapanNya, tetapi bukan untuk sesaat, bukan untuk sebulan, setahun saja, melainkan untuk selama-salamanya. Sampai detik-detik terakhir dalam hidup kita, kita tetap hidup menurut ketetapan-ketetapan Allah (Mazmur 119:112).

Tidak mudah menjadi seorang kristen yang hidup setia menurut ketetapan Tuhan terus menerus. Sering kali umat Tuhan hanya saat-saat tertentu saja ia menjadi taat akan FirmanNya, hari-hari tertentu saja ia hidup menurut ketetapan Tuhan, tetapi hari-hari hidupnya jauh dari memperhatikan perintah-perintah Tuhan. Sifat seperti itu tidak diperkenan oleh Tuhan. Ia mencari orang yang setia dalam melakukan peraturan-peraturanNya, bukan orang yang hanya pandai menyebut nama Tuhan saja. Kekristenan bukan soal dapat menyebut nama Yesus atau menghafal Alkitab, tentang doa dan kehidupan agamawi, kegereja, aksesoris kristen dan sebagainya, tetapi yang terpenting didalam kekristenan adalah melakukan perintah Tuhan.

“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Lukas 6:46)

Penekanan yang ditekankan oleh Tuhan adalah pada kata “melakukan apa yang Aku katakan” bukan kepada kebiasaan umat Tuhan dalam “berseru kepada Tuhan”. Didalam penekanan tersebut, Tuhan menghendaki kita melakukannya dengan setia, bukan seminggu sekali.

Kebiasaan orang kristen adalah berseru pada Tuhan. Saat menghadapi masalah, saat terhimpit dan dalam kesukaran, umat Tuhan akan beseru kepadaNya. Berdoa dan mencari Tuhan. Kebaktian doa puasa menjadi penuh, doa malam seperti kebaktian raya. Setiap hari berdoa dan berseru-seru siang dan malam. Hal ini baik dan memang seperti itulah seharusnya, sebab Tuhan mendengarkan umatNya yang berseru kepadaNya didalam kesesakan (Mazmur 50:15).

Tetapi sebenarnya apakah cukup kita hanya berseru kepadaNya saja, lantas peroalan kita selesai?

Berseru itu bukan hanya berdoa memohon kemurahan dan kasih karunia dari Tuhan, memohon belas kasihanNya, tetapi berseru pada Tuhan itu adalah merendahkan diri dihadapan Tuhan. Tuhan itu bukan pelayan, lantas kita memangil pelayan dan ia datang memenuhi permintaan kita. Tuhan itu adalah Raja, kita adalah hambaNya, yang datang memohon belas kasihan dariNya dengan takut dan gentar (Yesaya 57:11).

dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. (2 Tawarikh 7:14)

Didalam merendahkan diri, kita harus berbalik dari jalan yang salah. Pada saat itu maka Tuhan akan menaruh belas kasihan, bukan atas seruan kita, bukan karena kita meneriakan nama Tuhan dengan hati mendalam, melainkan karena kita berbalik dari yang jahat dan memilih mentaati hukum-hukumNya (Yehezkiel 33:14-20)

Reaksi berbalik dari jalan yang salah, merupakan kewajiban, seperti yang dikatakan dalam Matius 3:8, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” Harus ada buah dari berbalik dari jalan yang salah, sebab kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatan kita, bukan hanya karena kita memanggil-manggil nama Tuhan disaat kesukaran dalam doa-doa.

Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (Yakobus 2:24)

Tidak cukup kita hanya berseru dan berdoa kepadaNya, kita harus melakukan dengan setia perintah-perintahNya. Oleh karena itulah anda berada didalam kesukaran (Ibrani 12:10-11)

DISEMPURNAKAN DALAM SENGSARA

Didalam Pengkotbah 7:14 disebutkan bahwa hari yang malang juga ditetapkan Allah dalam hidup kita, bahkan Daud mengatakan hari-hari hidupnya penuh dengan kesukaran (Mazmur 40:13, 2 Korintus 4:11). Lebih dari orang fasik yang senang selalu, seakan hanya ada hari mujur (Mazmur 73:12-14). Didalam setiap kesesakan, disaat hari penindasan dan kesukaran, Daud selalu mencari Tuhan dan berseru kepadaNya.

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. (Mazmur 119:71).

Bahkan didalam kesusahannya, didalam himpitan, Daud menyadari, saat ia tertindas, saat ia mengalami kesukaran, saat dia menghadapi persoalan, disana ia belajar tentang ketetapan-ketetapan Tuhan, belajar mentaati FirmanNya.

Daud menganggap persoalan yang dihadapi itu baik, sebab membuat ia lebih mengerti jalan Tuhan, lebih memahami kehendakNya dan belajar hidup sesuai dengan perintah-perintah Tuhan.

Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. (Mazmur 119:67).

Daud merasa bahwa ia disucikan, disempurnakan dan dibentuk lewat kesukaran-kesukaran tersebut sehingga hidupnya dapat selalu berpegang pada hukum-hukum Allah, hidup dapat selalu setia mentaati Firman Tuhan, dibentuk sesuai dengan rencanaNya. Lewat kesukarannya ia mendapat didikan akan jalan yang salah yang telah dilaluinya, ia mendapat teguran dan disempurnakan didalam setiap persoalan.

Lewat kesukaran, Daud belajar menjadi setia dalam mentaati Firman Tuhan, dalam melakukan segala perintah-perintahNya. Kesetiaan dalam mengikuti ketetapan-ketetapan Tuhan itu terjadi dalam sebuah proses, bukan terjadi semalam dan mendadak. Tetapi lewat proses mematikan daging dan hawa nafsu ini, mematikan segala keinginan dan cita-cita kita.

“…karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui…” (Kolose 3:9-10)

SETIA SAMPAI AKHIR

Proses pembaharuan dimana kita meninggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus, maka proses tersebut tidak boleh berhenti sebelum mencapai kepenuhan Kristus. Jika berhenti ditengah jalan, maka kita akan jauh dari Tuhan dan walau tubuh kita ada digereja, walau di KTP masih tercantum agama Kristen, dan setiap minggu kegereja serta hafal ayat-ayat dan dapat menyanyikan lagi pujian rohani, tetapi jika kita tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan, jika kita tidak hidup memperhatikan perintah-perintah Tuhan, maka kita sama saja seperti orang berdosa.

Tuhan menuntut kita setia. Setia itu tidak cukup hanya sekali atau sewaktu-waktu saja, tetapi setia itu terus menerus. Diproses didalam setiap persoalan yang kita hadapi, kita dibentuk dan ditempa agar kita hidup sesuai dengan kehendakNya.

Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. (Mazmur 66:10)

Tidak cukup hanya menjadi seorang kristen biasa, kita harus menjadi luar biasa. Tidak cukup kita bersikap rohani saja, tetapi kita harus benar-benar berdiri atas hukum-hukum Allah, melakukan segala sesuatu dengan memperhatikan Firman Tuhan. Bahkan dalam segala hal, tuntunan kita hanya Firman Tuhan (Mazmur 119:105).

Memang kadang terasa aneh saat orang lain mempertimbangkan kemungkinan logis, saat orang lain mengikuti orang banyak, tetapi kita tetap berpegang pada hukum-hukumNya, melakukan segala perintah Tuhan dengan setia. Tetapi jangan kita takut, sebab pada saatNya kebenaran akan tampil seperti cahaya yang terang, seperti fajar dipagi hari yang semakin hari semakin terang benderang (Amsal 4:18).

Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. Aku telah berpaut pada peringatan-peringatan-Mu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu. (Mazmur 119:30-31)

Kita tidak akan binasa dan malu karena menaruh harap kita kepada Tuhan, karena kita mentaati Firman Tuhan karena kita takut akan Tuhan lebih dari pada takut kepada manusia. Jangan kita takut dengan banyak orang yang berjalan berlawanan dengan jalan kita (Keluaran 32:2). Sebab memang Jalan Lebar itu banyak orang yang melaluinya, tetapi Jalan Sempit, hanya sedikit orang yang mendapatkannya (Matius 7:13-14).

Lakukanlah perintah-perintah Tuhan dengan setia, karena itu yang dikehendaki Allah. Berilah dirimu dibentuk olehNya, disempurnakan dan diperbaharui dari hari ke hari sesuai dengan gambaran Kristus.

Ingat, bahwa Allah menghendaki kesetiaan kita dalam mentaati perintah-perintahNya. Karena lewat kesetiaan kita, dari hari ke hari kita akan dibentuk semakin serupa dengan Kristus.